Pandangan K.H.Dewantara Terhadap Pendidikan Nasional
Pandangan K.H. Dewantara Terhadap Pendidikan Nasional
K.H. Dewantara merupakan tokoh pendidikan yang berasal dari Indonesia. Ki Hajar Dewantara dulunya bernama Ki Ajar Dewantara, namun untuk ejaan “Ajar” diberi penambahan “ha” sehingga menjadi “Hajar”. Maksud penambahan “ha” tersebut dimaksudkan untuk memperhalus atau menghormati beliau menurut paham jawa.
Menurut beliau manusia adalah makhluk yang sangat hebat. Misalnya saja, manusia mampu mengangkat besi yang beratnya sama dengan berat dirinya sendiri dan manusia bisa hafal banyak hal dalam fikirannya.
Ada beberapa pendapat bahwa tokoh lokal itu harus “Act Global Think Local” yang mana maksudnya tokoh lokal itu harus melakukan aksi secara mendunia namun cara berpikirnya harus secara lokal. Namun pernyataan tersebut dirasa kurang tepat. Jadi bagaimana yang lebih tepatnya? Yang lebih tepatnya yaitu “Act and Think Globally” dimana yang dimaksud yaitu tindakan dan pikiran kita secara global agar bisa mengikuti perkembangan dari berbagai belahan dunia.
Sekarang kita akan membahas perbedaan pendidikan di Firlandia dan di Indonesia. Pendidikan di Firlandia jauh dari kata gengsi. Maksudnya seseorang yang sudah menyandang gelar profesor tidak canggung atau gengsi untuk mengajar sebuah TK (Taman Kanak-kanak). Beda dengan di Indonesia yang sebagian besar seseorang yang menyandang gelar profesor akan gengsi untuk mengajar di TK atau instansi-instansi yang masih kecil.
Padahal kalau kita tahu profesor-profesor yang ada di Firlandia itu menganut pemikiran filsafat K.H. Dewantara sehingga bisa dikatakan profesor-profesor yang ada di Firlandia adalah murid belia Bapak K.H. Dewantara.
Menurut beliau K.H. Dewantara Indonesia merupakan Negara yang kaya. Indonesia apa saja bisa atau bisa dibilang kreative. Misalnya saja “rebung” atau pohon bambu yang masih muda bisa dijadikan makanan dengan cara disayur atau di tongseng.
Orang-orang Indonesia pintar meramu dan memilih-milih bahan makanan sehingga bisa diolah. Namun ada oknum yang menjelek-jelekkan, misalnya saja tembakau. Tembakau dijelek-kan dengan mengatakan tembakau itu berbahaya bagi kesehatan dan lainnya. Hal itu dilakukan karena tembakau mengancam eksistensi farmasi. Padahal kandungan yang ada di tembakau sebenarnya tidak buruk.
Pendidikan Nasional menurut K.H. Dewantara adalah lahir dari rasa kemerdekaan. Apa makna kemerdekaan sesungguhnya? Apakah freedom day atau independent day yang sering kita gunakan dalam mengekspresikan kemerdekaan.
Yak untuk istilah yang tepat yaitu “freedom day” atau hari kebebasan. Maksudnya yaitu bebas tapi ada aturannya. Kalau di misalkan pemain sepak bola yaitu pemain bebas menendang bola tetapi dia di dalam lapangan yang ada garis-garisnya, ada 2 gawang dan peraturan laiinnya yang barus dipatuhi pemain.
Kemerdekaan menurut K.H. Dewantara yaitu berdiri sendiri, tidak tergantung orang lain, dapat mengatur diri sendiri.
Dikutip dari : Perkuliahan Bapak Aniq dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan pada hari Selasa, 2 Oktober 2018.
K.H. Dewantara merupakan tokoh pendidikan yang berasal dari Indonesia. Ki Hajar Dewantara dulunya bernama Ki Ajar Dewantara, namun untuk ejaan “Ajar” diberi penambahan “ha” sehingga menjadi “Hajar”. Maksud penambahan “ha” tersebut dimaksudkan untuk memperhalus atau menghormati beliau menurut paham jawa.
Menurut beliau manusia adalah makhluk yang sangat hebat. Misalnya saja, manusia mampu mengangkat besi yang beratnya sama dengan berat dirinya sendiri dan manusia bisa hafal banyak hal dalam fikirannya.
Ada beberapa pendapat bahwa tokoh lokal itu harus “Act Global Think Local” yang mana maksudnya tokoh lokal itu harus melakukan aksi secara mendunia namun cara berpikirnya harus secara lokal. Namun pernyataan tersebut dirasa kurang tepat. Jadi bagaimana yang lebih tepatnya? Yang lebih tepatnya yaitu “Act and Think Globally” dimana yang dimaksud yaitu tindakan dan pikiran kita secara global agar bisa mengikuti perkembangan dari berbagai belahan dunia.
Sekarang kita akan membahas perbedaan pendidikan di Firlandia dan di Indonesia. Pendidikan di Firlandia jauh dari kata gengsi. Maksudnya seseorang yang sudah menyandang gelar profesor tidak canggung atau gengsi untuk mengajar sebuah TK (Taman Kanak-kanak). Beda dengan di Indonesia yang sebagian besar seseorang yang menyandang gelar profesor akan gengsi untuk mengajar di TK atau instansi-instansi yang masih kecil.
Padahal kalau kita tahu profesor-profesor yang ada di Firlandia itu menganut pemikiran filsafat K.H. Dewantara sehingga bisa dikatakan profesor-profesor yang ada di Firlandia adalah murid belia Bapak K.H. Dewantara.
Menurut beliau K.H. Dewantara Indonesia merupakan Negara yang kaya. Indonesia apa saja bisa atau bisa dibilang kreative. Misalnya saja “rebung” atau pohon bambu yang masih muda bisa dijadikan makanan dengan cara disayur atau di tongseng.
Orang-orang Indonesia pintar meramu dan memilih-milih bahan makanan sehingga bisa diolah. Namun ada oknum yang menjelek-jelekkan, misalnya saja tembakau. Tembakau dijelek-kan dengan mengatakan tembakau itu berbahaya bagi kesehatan dan lainnya. Hal itu dilakukan karena tembakau mengancam eksistensi farmasi. Padahal kandungan yang ada di tembakau sebenarnya tidak buruk.
Pendidikan Nasional menurut K.H. Dewantara adalah lahir dari rasa kemerdekaan. Apa makna kemerdekaan sesungguhnya? Apakah freedom day atau independent day yang sering kita gunakan dalam mengekspresikan kemerdekaan.
Yak untuk istilah yang tepat yaitu “freedom day” atau hari kebebasan. Maksudnya yaitu bebas tapi ada aturannya. Kalau di misalkan pemain sepak bola yaitu pemain bebas menendang bola tetapi dia di dalam lapangan yang ada garis-garisnya, ada 2 gawang dan peraturan laiinnya yang barus dipatuhi pemain.
Kemerdekaan menurut K.H. Dewantara yaitu berdiri sendiri, tidak tergantung orang lain, dapat mengatur diri sendiri.
Dikutip dari : Perkuliahan Bapak Aniq dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan pada hari Selasa, 2 Oktober 2018.
Komentar
Posting Komentar